The Fact About Cerita Fiksi That No One Is Suggesting
The Fact About Cerita Fiksi That No One Is Suggesting
Blog Article
Suatu hari aku pergi ke mal bersama sahabatku, aku menyuruhnya membawa belanjaanku, dan ternyata belanjaanku yang dibawanya tertinggal. Saat itu juga aku marahi dia dengan perkataan yang kasar karena keegoisanku.
Anak tersebut melakukan hal itu karena merasa kesal atas perlakuan mereka kepadanya. beberapa orang mengabaikan perkataan anak tersebut tapi mereka juga penasaran dengan ucapannya dan mencoba mencabut lidi itu, namun tidak seorang pun yang dapat mencabutnya.
Sementara itu, setiap kali serigala pulang, ia menemukan buah mentimunnya telah dimakan dan terpotong. Ia heran dan berpikir, siapa gerangan yang masuk dari pagar dan memakan mentimunnya.
“Apa warna balon ini, Ayah?” tanyaku sembari menunjuk salah satu balon yang juga dijual di dekat sana.
Saat itu Inaq masih belum menyadari jikalau anaknya dalam masalah. Ia berfikir kedua anakknya telah berhenti menangis. Ia memutuskan untuk melihat anaknya. Betapa kagetnya Inaq Lembain melihat anknya sudah tidak ada. Batu yang dipakai kedua anakknya menjadi begitu tinggi menembus awan.
Kau bahkan tak tahu bagaimana kabarnya dan di mana dia sekarang. Ingatan itu membuat sesuatu yang lembut dan perih terasa menggores lagi hatimu.
Kedatangannya pun disambut haru dan isak tangis oleh keluarganya termasuk Ika. Pelukan hangat di antara mereka menjadikan persahabatan semakin erat.
Di sebuah perkampungan hiduplah seorang pemuda miskin yang sebatang kara. Ia tidak memiliki harta apapun kecuali gubuk rapuh peninggalan orang tuanya.
Suasana menjadi hening sampai akhirnya seorang staf menjawab dengan sedikit ketakutan, "Ia tak bekerja di sini. Ia adalah pengantar pizza yang mengantar pesanan."
Alangkah kaget dan Kumpulan Cerpen Fiksi senangnya Topan ketika ia berangkat ke sekolah dan bertemu dengan si kakek yang duduk bersamanya waktu itu ternyata adalah kepala sekolah dari sekolah tempatnya ia akan belajar.
Salah satu siswa yang bersamaku mulai menangis. Seorang siswa perempuan yang lebih tua bertanya apa yang terjadi.
Aku melihat sebuah kelas dan masuk ke dalamnya. Dua siswa lain mengikutiku. Tak seorang pun dari kami yang tahu harus ke mana.
Kakek Bori menjaga kapal, kemudian Lubi dan teman-teman memancing ikan. Waktu pun sudah mulai sore, ikan yang dipancing pun banyak hingga ember yang disiapkan Kakek Bori penuh dengan ikan. Kapal pun dibawa ke tepian danau.
Pada siang itu, Viktor dan Budi duduk di taman. Tak lama kemudian, seorang wanita dengan rambut panjang dan sepatu berhak tinggi melintas di depan mereka. Keduanya seketika memperhatikan wanita itu dan merasa tertarik untuk mengikutinya.